IMAN KEPADA HARI AKHIR
siswa smansa sedang latihan manasik haji |
Iman
kepada hari Akhir merupakan salah satu rukun dari rukun iman, dan salah satu
‘aqidah dari ‘aqidah Islam yang pokok, karena masalah kebang-kitan di negeri
akhirat merupakan landasan berdirinya ‘aqidah setelah masalah keesaan Allah
Ta’ala.
Iman
kepada segala hal yang terjadi pada hari Akhir dan tanda-tandanya merupakan
keimanan terhadap hal ghaib yang tidak bisa dijangkau oleh akal, dan tidak ada
jalan untuk mengetahuinya kecuali dengan nash melalui wahyu.
Karena
pentingnya hari yang agung ini, kita dapati (di dalam al-Qur-an) bahwa Allah
Ta’ala seringkali menghubungkan iman kepada-Nya dengan iman kepada hari Akhir,
sebagaimana Allah berfirman:
لَّيْسَ
الْبِرَّ أَن تُوَلُّوا وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلَٰكِنَّ الْبِرَّ
مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ
“Bukanlah
menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi
sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari Kemudian….”
[Al-Baqarah: 177]
Juga
seperti firman-Nya:
ذَٰلِكُمْ
يُوعَظُ بِهِ مَن كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ
“…
Demikianlah diberi pengajaran dengan itu orang yang beriman kepada Allah dan
hari Akhir….” [Ath-Thalaaq: 2]
Dan
masih banyak ayat yang lainnya.
Jarang
sekali Anda membuka lembaran-lembaran al-Qur-an kecuali Anda akan dapati
padanya pembicaraan tentang hari Akhir dan apa yang ada di dalamnya berupa
pahala dan siksa.
Kehidupan
menurut pandangan Islam bukanlah sekedar kehidupan di dunia yang sangat pendek
dan terbatas, bukan pula sebatas umur manusia yang sangat pendek.
Sesungguhnya
kehidupan menurut pandangan Islam sangatlah panjang, berlanjut sampai tidak ada
batasnya. Tempatnya pun berlanjut menuju tempat yang lain di dalam Surga yang
luasnya seluas langit dan bumi atau di dalam Neraka yang semakin meluas karena
banyaknya generasi yang menghuni bumi selama berabad-abad.[1]
Allah
Ta’ala berfirman:
سَابِقُوا
إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا كَعَرْضِ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ
أُعِدَّتْ لِلَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ
“Berlomba-lombalah
kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Rabb-mu dan Surga yang luasnya seluas
langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan
Rasul-Rasul-Nya….” [Al-Hadiid: 21]
Dan
Allah berfirman:
يَوْمَ
نَقُولُ لِجَهَنَّمَ هَلِ امْتَلَأْتِ وَتَقُولُ هَلْ مِن مَّزِيدٍ
“(Dan
ingatlah akan) hari (yang pada hari itu) Kami bertanya kepada Jahan-nam,
‘Apakah kamu sudah penuh?’ Dia menjawab, ‘Masih ada tambahan?’” [Qaaf: 30]
Sesungguhnya
beriman kepada Allah dan hari Akhir, dan beriman ke-pada apa yang ada di
dalamnya berupa pahala dan siksaan adalah sesuatu yang benar-benar mengarahkan
prilaku manusia kepada jalan yang benar. Tidak ada satu undang-undang pun yang
dibuat manusia, mampu menjadikan prilaku manusia lurus dan istiqamah
sebagaimana yang dihasilkan oleh iman kepada hari Akhir.
Oleh
karenanya, ada perbedaan yang sangat nampak antara prilaku orang yang beriman
kepada Allah dan hari Akhir, dia mengetahui bahwasanya dunia adalah ladang bagi
kehidupan akhirat, juga mengetahui bahwasanya amal shalih adalah bekal hari
Akhir, sebagaimana difirmankan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala:
زَوَّدُوا
فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَىٰ
“…
Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa….” [Al-Baqarah:
197]
Juga
sebagaimana dikatakan oleh seorang Sahabat yang mulia ‘Umair bin Humam
Radhiyallahu anhu [2] :
رَكْضًا
إِلَى اللهِ بِغَـيْرِ زَادٍ إِلاَّ التُّقَى وَعَمَلِ الْـمَعَادِ
وَالصَّبْرِ
فيِ اللهِ عَلَى الْجِهَادِ وَكُلُّ زَادٍ عُرْضَةُ النَّفَـادِ
غَيْـرَ
التُّقَى وَالْبِرِِّ وَالرَّشَادِ
Berlari
(menghadap) Allah tanpa bekal
kecuali
ketakwaan dan amal untuk hari Akhir.
Juga
kesabaran dalam berjuang di jalan Allah,
Dan
setiap bekal pasti akan hancur.
Kecuali
ketakwaan, kebaikan dan petunjuk. [3]
Terdapat
perbedaan antara prilaku orang yang keadaannya seperti itu dengan prilaku orang
yang tidak beriman kepada Allah, hari Akhir dan apa yang ada di dalamnya berupa
pahala dan siksaan. “Maka orang yang membenarkan adanya hari Akhir akan beramal
dengan melihat timbangan langit bukan dengan timbangan bumi, dan dengan
perhitungan akhirat bukan dengan perhitungan dunia.” [4] Dia memiliki prilaku
yang istimewa di dalam kehidupannya, kita bisa menyaksikan keistiqamahan di
dalam dirinya, luasnya pandangan, kuatnya keimanan, keteguhan di dalam segala
cobaan, kesabaran di dalam setiap musibah, dengan mengharap pahala dan
ganjaran, serta yakin bahwa apa yang ada di sisi Allah lebih baik dan lebih
kekal.
Al-Imam
Muslim رحمه الله meriwayatkan dari Shuhaib z, dia berkata, “Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
عَجَبًا
لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلاَّ
لِلْمُؤْمِنِ، إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ
ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ.
‘Sungguh
menakjubkan perkara orang yang beriman, semua urusannya adalah baik (baginya),
hal itu tidak akan didapatkan kecuali oleh orang yang beriman. Jika dia
mendapatkan kenikmatan, dia bersyukur maka hal itu adalah kebaikan baginya, dan
jika dia tertimpa musibah, dia bersabar maka hal itu adalah kebaikan baginya.’”
[5]
Manfaat
seorang muslim tidak terbatas hanya untuk manusia saja, akan tetapi dirasakan
pula oleh hewan, sebagaimana ungkapan yang sangat terkenal dari ‘Umar bin
al-Khaththab Radhiyallahu anhu :
لَوْ
عَثَرَتْ بَغْلَةٌ فِي الْعِرَاقِ، لَظَنَنْتُ أَنَّ اللهَ سَيَسْأَلُنِيْ عَنْهَا:
لِمَ لَمْ تُسَوِّ لَهَا الطَّرِيْقَ يَا عُمُرَ؟
“Seandainya
ada seekor keledai terjatuh di Irak, sungguh aku yakin bahwa Allah akan
bertanya kepadaku (di hari Kiamat) tentangnya, ‘Kenapa engkau tidak membuatkan
jalan untuknya wahai ‘Umar?’” [6]
Perasaan
seperti ini adalah buah dari keimanan kepada Allah dan hari Akhir, perasaan
beratnya beban dan besarnya amanah yang dipikul manusia. Di mana langit, bumi,
dan gunung merasa iba untuk menerimanya, karena dia tahu bahwa segala hal; baik
yang kecil atau yang besar akan dimintai pertanggungjawaban, akan diperhitungkan
dan akan dibalas. Jika baik maka baik pula balasannya, jika jelek maka jelek
pula balasannya:
يَوْمَ
تَجِدُ كُلُّ نَفْسٍ مَّا عَمِلَتْ مِنْ خَيْرٍ مُّحْضَرًا وَمَا عَمِلَتْ مِن سُوءٍ
تَوَدُّ لَوْ أَنَّ بَيْنَهَا وَبَيْنَهُ أَمَدًا بَعِيدًا
“Pada
hari ketika tiap-tiap diri mendapati segala kebajikan dihadapkan (di mukanya),
begitu (juga) kejahatan yang telah dikerjakannya; ia ingin kalau kiranya antara
ia dengan hari itu ada masa yang jauh…” [Ali ‘Imran: 30]
وَوُضِعَ
الْكِتَابُ فَتَرَى الْمُجْرِمِينَ مُشْفِقِينَ مِمَّا فِيهِ وَيَقُولُونَ يَا وَيْلَتَنَا
مَالِ هَٰذَا الْكِتَابِ لَا يُغَادِرُ صَغِيرَةً وَلَا كَبِيرَةً إِلَّا أَحْصَاهَا
ۚ وَوَجَدُوا مَا عَمِلُوا حَاضِرًا ۗ وَلَا يَظْلِمُ رَبُّكَ أَحَدًا
“Dan
diletakkanlah Kitab, lalu kamu akan melihat orang-orang bersalah ketakutan
terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata, ‘Aduhai celaka
kami, Kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang
besar, melainkan ia mencatat semuanya; dan mereka dapati apa yang telah mereka
kerjakan ada (tertulis). Dan Rabb-mu tidak menganiaya seorang pun juga.”
[Al-Kahfi: 49]
Adapun
orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari Akhir serta apa yang ada di
dalamnya, baik perhitungan maupun pembalasan, maka dia akan selalu berusaha
dengan keras untuk mewujudkan segala keinginannya dalam kehidupan dunia,
terengah-engah di belakang perhiasannya, rakus dalam mengumpulkannya, dan
sangat pelit jika orang lain ingin mendapatkan kebaikan melaluinya. Dia telah
menjadikan dunia sebagai tujuannya yang paling besar, dan puncak dari ilmunya
(pengetahuannya). Dia mengukur setiap perkara dengan kemaslahatannya semata,
tidak mempedulikan orang lain dan tidak pernah melirik sesamanya kecuali dalam
batasan-batasan yang dapat mewujudkan manfaat bagi dirinya pada kehidupan yang
pendek dan terbatas ini. Dia bergerak dengan menjadikan bumi dan umur sebagai
batasannya saja. Oleh karena itu, sistem perhitungan dan pertimbangannya pun
berubah-ubah dan akan berakhir dengan hasil yang salah [7]; karena dia
menganggap bahwa hari Kebangkitan itu tidak mungkin terjadi:
بَلْ
يُرِيدُ الْإِنسَانُ لِيَفْجُرَ أَمَامَهُ يَسْأَلُ أَيَّانَ يَوْمُ الْقِيَامَةِ
“Bahkan
manusia itu hendak membuat maksiat terus-menerus. Ia berkata, ‘Bilakah hari
Kiamat itu?’” [Al-Qiyaamah: 5-6]
Inilah
cara pandang Jahiliyyah, terbatas dan sangat sempit. Cara pandang ini telah
menjadikan mereka berani melakukan pembunuhan, merampas harta, dan merampok.
Hal ini disebabkan karena mereka tidak beriman kepada hari Kebangkitan dan hari
Pembalasan, sebagaimana yang digambarkan Allah Ta’ala tentang keadaan mereka
dalam firman-Nya:
وَقَالُوا
إِنْ هِيَ إِلَّا حَيَاتُنَا الدُّنْيَا وَمَا نَحْنُ بِمَبْعُوثِينَ
“Dan
tentu mereka akan mengatakan (pula), ‘Hidup hanyalah kehidupan kita di dunia
ini saja, dan kita sekali-sekali tidak akan dibangkitkan.’” [Al-An’aam: 29]
Persis
seperti ungkapan mereka, “Ia (kehidupan) hanyalah rahim-rahim yang melahirkan
dan bumi yang menelan.”
Masa
terus berlalu, dan datanglah suatu keanehan, maka pengingkaran terjadi semakin
besar. Kita dapat menyaksikan pengingkaran yang menyeluruh terhadap sesuatu
yang ada di belakang materi yang dirasakan panca indera, sebagaimana dinyatakan
oleh kaum komunis marxis (atheis) yang mengingkari adanya pencipta, tidak
beriman kepada Allah dan tidak mengimani adanya hari Akhir. Faham ini
mengatakan bahwa kehidupan hanyalah materi belaka! Tidak ada hal lain di
belakang materi yang bisa dirasakan ini; karena pemimpin mereka (Marxis)
berpendapat tidak adanya tuhan! Dan kehidupan hanya sebatas materi! Oleh karena
itu, keberadaan mereka bagaikan hewan; tidak bisa memahami makna kehidupan dan
tujuan mereka diciptakan, bahkan mereka tersesat lagi binasa. Jika mereka
bersatu pun, maka sebenarnya mereka berada di bawah bayangan rasa takut dari
kekuasaan hukum.
Anda
dapati golongan manusia seperti ini masuk ke dalam golongan manusia yang sangat
rakus terhadap kehidupan dunia, karena mereka tidak mengimani adanya
kebangkitan setelah kematian. Sebagaimana difirmankan oleh Allah Ta’ala ketika
mensifati orang-orang musyrik dari kalangan Yahudi dan yang lainnya:
وَلَتَجِدَنَّهُمْ
أَحْرَصَ النَّاسِ عَلَىٰ حَيَاةٍ وَمِنَ الَّذِينَ أَشْرَكُوا ۚ يَوَدُّ أَحَدُهُمْ
لَوْ يُعَمَّرُ أَلْفَ سَنَةٍ وَمَا هُوَ بِمُزَحْزِحِهِ مِنَ الْعَذَابِ أَن يُعَمَّرَ
ۗ وَاللَّهُ بَصِيرٌ بِمَا يَعْمَلُونَ
“Dan
sungguh kamu akan mendapati mereka, manusia yang paling tamak (rakus) terhadap
kehidupan (di dunia), bahkan (lebih rakus lagi) dari orang-orang musyrik.
Masing-masing mereka ingin agar diberi umur seribu tahun, padahal umur panjang
itu sekali-kali tidak akan menjauhkannya dari siksa. Allah Maha Mengetahui apa
yang mereka kerjakan.” [Al-Baqarah: 96]
Orang
musyrik tidak mengharapkan adanya kebangkitan setelah kematian. Dia
menginginkan kehidupan dunia yang terus-menerus, sementara orang Yahudi
mengetahui segala kehinaan yang akan mereka dapatkan di akhirat, disebabkan apa
yang mereka perbuat terhadap ilmu yang mereka ketahui [8]. Manusia seperti ini
dan yang serupa dengannya adalah manusia yang paling buruk. Sehingga Anda akan
dapati sesuatu yang menyebar di kalangan mereka berupa keserakahan, ketamakan,
memaksa rakyat dan menjadikannya budak, dan mengambil kekayaan mereka karena
kerakusan untuk menikmati kehidupan dunia. Karena itulah nampak dari mereka
hilangnya akhlak, dan prilaku yang seperti hewan.
Jika
mereka memandang kehidupan dunia, bertambahlah rasa lelah dan rasa sakit atas
apa yang mereka harapkan dari kenikmatannya yang segera. Sementara tidak ada
satu pun penghalang yang bisa menahan mereka dari kematian, karena mereka tidak
yakin sama sekali akan adanya pertanggungjawaban di akhirat dan mereka tidak
memiliki beban apa pun untuk mengakhiri kehidupannya.
Karena
itulah Islam sangat memperhatikannya. Terdapat penekanan dalam al-Qur-an
tentang keimanan terhadap hari Akhir, dan penetapan adanya kebangkitan, hisab
serta balasan. Allah mengingkari sikap mereka yang menganggap bahwa hari Akhir
itu mustahil, dan Dia memerintahkan Nabi-Nya agar bersumpah bahwa hal ini
adalah haq (benar):
قُلْ
بَلَىٰ وَرَبِّي لَتُبْعَثُنَّ ثُمَّ لَتُنَبَّؤُنَّ بِمَا عَمِلْتُمْ ۚ وَذَٰلِكَ
عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ
“…
Katakanlah (Muhammad), ‘Memang, demi Rabb-ku, benar-benar kamu akan
dibangkitkan, kemudian akan diberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.’
Yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” [At-Taghaabun: 7]
Dan
Allah menyebutkan keadaan hari Kiamat, pahala yang dijanjikan bagi para
hamba-Nya yang bertakwa, juga siksa yang diancamkan kepada orang-orang yang
melakukan kemaksiatan. Dia mengarahkan pandangan orang-orang yang
mengingkarinya kepada bukti-bukti kebenarannya agar keraguan hati terhadapnya
benar-benar hilang dan menjadikan hati mereka yakin tentang hari Kiamat dan
kengeriannya yang menggetarkan badan. Hal itu agar prilaku mereka dalam
kehidupan ini menjadi lurus dengan mengikuti agama yang haq yang dibawa oleh
Rasul mereka Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Berikut ini beberapa bukti
kebenaran tersebut.
1.Penciptaan
yang Pertama
Allah
Ta’ala berfirman:
يَا
أَيُّهَا النَّاسُ إِن كُنتُمْ فِي رَيْبٍ مِّنَ الْبَعْثِ فَإِنَّا خَلَقْنَاكُم مِّن
تُرَابٍ ثُمَّ مِن نُّطْفَةٍ ثُمَّ مِنْ عَلَقَةٍ ثُمَّ مِن مُّضْغَةٍ مُّخَلَّقَةٍ
وَغَيْرِ مُخَلَّقَةٍ
“Hai
manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka
(ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari
setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang
sem-purna kejadiannya dan yang tidak sempurna….” [Al-Hajj: 5]
Barangsiapa
sanggup menciptakan manusia dalam beberapa tahapan, niscaya tidak akan
menyulitkan dia untuk menghidupkannya kembali (setelah mati), bahkan
menghidupkan kembali lebih mudah daripada memulainya menurut hukum akal,
sebagaimana difirmankan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala:
وَضَرَبَ
لَنَا مَثَلًا وَنَسِيَ خَلْقَهُ ۖ قَالَ مَن يُحْيِي الْعِظَامَ وَهِيَ رَمِيمٌ قُلْ
يُحْيِيهَا الَّذِي أَنشَأَهَا أَوَّلَ مَرَّةٍ ۖ وَهُوَ بِكُلِّ خَلْقٍ عَلِيمٌ
“Dan
ia membuat perumpamaan bagi Kami; dan dia lupa pada kejadiannya; ia berkata,
‘Siapakah yang dapat menghidupkan tulang-belulang, yang telah hancur luluh?’
Katakanlah, ‘Ia akan dihidupkan oleh Rabb yang menciptakannya kali yang
pertama. Dan Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk.” [Yaasiin: 78-79]
2.
Bukti-Bukti Alam yang Bisa Dirasakan Menunjukkan Adanya Hari Kebangkitan
Allah
Ta’ala berfirman:
وَتَرَى
الْأَرْضَ هَامِدَةً فَإِذَا أَنزَلْنَا عَلَيْهَا الْمَاءَ اهْتَزَّتْ وَرَبَتْ وَأَنبَتَتْ
مِن كُلِّ زَوْجٍ بَهِيجٍ ذَٰلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْحَقُّ وَأَنَّهُ يُحْيِي
الْمَوْتَىٰ وَأَنَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ وَأَنَّ السَّاعَةَ آتِيَةٌ لَّا
رَيْبَ فِيهَا وَأَنَّ اللَّهَ يَبْعَثُ مَن فِي الْقُبُورِ
“…
Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di
atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam
tumbuh-tumbuhan yang indah. Yang demikian itu, karena sesungguhnya Allah,
Dia-lah yang haq dan sesungguhnya Dia-lah yang menghidupkan segala yang mati
dan sesungguhnya Allah Mahakuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya hari
Kiamat itu pastilah datang, tidak ada ke-raguan padanya; dan bahwasanya Allah
membangkitkan semua orang di dalam kubur.” [Al-Hajj: 5-7]
Menghidupkan
tanah yang telah mati dengan hujan dan munculnya tumbuh-tumbuhan di atasnya
merupakan bukti kekuasaan al-Khaliq k untuk menghidupkan yang telah mati dan
adanya hari Kiamat.
3.
Kebesaran dan Keagungan Kekuasaan Allah dalam Menciptakan Makhluk-Nya yang
Besar
Allah
Ta’ala berfirman:
أَوَلَيْسَ
الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ بِقَادِرٍ عَلَىٰ أَن يَخْلُقَ مِثْلَهُم
ۚ بَلَىٰ وَهُوَ الْخَلَّاقُ الْعَلِيمُ إِنَّمَا أَمْرُهُ إِذَا أَرَادَ شَيْئًا أَن
يَقُولَ لَهُ كُن فَيَكُونُ
“Bukankah
Rabb yang menciptakan langit dan bumi itu berkuasa men-ciptakan yang serupa
dengan itu? Benar, Dia berkuasa. Dan Dia-lah Maha Pencipta lagi Maha
Mengetahui. Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah
berkata kepadanya, ‘Jadilah!’ maka terjadilah ia.” [Yaasiin: 81-82]
Maka,
Pencipta langit dan bumi dengan segala kebesaran keduanya sanggup untuk
mengembalikan penciptaan manusia yang kecil, sebagaimana diungkap dalam
firman-Nya:
لَخَلْقُ
السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ أَكْبَرُ مِنْ خَلْقِ النَّاسِ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ
لَا يَعْلَمُونَ
“Sesungguhnya
penciptaan langit dan bumi lebih besar daripada penciptaan manusia akan tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui.” [Ghaafir: 57]
4.
Hikmah Allah Ta’ala yang Nampak Jelas oleh Mata dalam Seluruh Ciptaan-Nya bagi
Orang yang Diberikan Kenikmatan Memandang dan Berfikir yang Lepas dari Sikap
Fanatik juga (Mengikuti) Hawa Nafsu
Allah
Yang Mahabijaksana tidak akan pernah membiarkan manusia dalam keadaan sia-sia.
Tidak juga menciptakan mereka main-main, tanpa perintah, larangan juga tanpa
balasan atas amal yang mereka lakukan.
Allah
Ta’ala berfirman:
أَفَحَسِبْتُمْ
أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثًا وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لَا تُرْجَعُونَ فَتَعَالَى
اللَّهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ
“Maka
apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main
(saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami? Maka Mahatinggi
Allah, raja yang sebenarnya…” [Al-Mu’-minuun: 115-116]
Allah
Ta’ala berfirman:
وَمَا
خَلَقْنَا السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا لَاعِبِينَ مَا خَلَقْنَاهُمَا
إِلَّا بِالْحَقِّ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُونَ
“Dan
Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya
dengan main-main. Kami tidak menciptakan keduanya melainkan dengan haq (benar),
tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.” [Ad-Dukhaan: 38-39]
Maka
jelaslah bahwa orang yang mengarahkan pandangannya pada keajaiban-keajaiban
penciptaan ini, mentadabburi (mengamati) keteraturan yang ada di dalamnya, dan
(meyakini) segala sesuatu diciptakan dengan ukurannya masing-masing dan dengan
tujuan tertentu serta waktu yang membatasi dalam mewujudkan tujuan ini. Jika
seperti itu keadaannya berarti ia berjalan di atas jalan (manhaj) yang
dikehendaki oleh Allah kepadanya.
Sesungguhnya
pengamatan pada alam yang menakjubkan ini bisa memperlihatkan kepada kita
-selain luasnya ilmu Allah dan kebesaran kekuasaan-Nya- hikmah-Nya yang sangat
tinggi, sehingga Allah tidak akan membiarkan manusia yang kuat berlaku zhalim
kepada yang lemah di antara mereka tanpa ada ancaman/balasan, dan tidak
membiarkan orang-orang yang berpaling dari jalan yang benar tanpa ada balasan
yang pantas mereka dapatkan di belakang kehidupan ini. Demikian pula
orang-orang yang telah mengkhususkan ke-sungguhan mereka dengan tidak menahan
usahanya dalam beramal mencari keridhaan Rabb mereka. Allah tidak akan biarkan
mereka tanpa mendapat keutamaan dari-Nya dan nikmat yang dilimpahkan kepada
mereka di hari Akhir atas apa yang mereka ketahui bahwa segala harta yang
mereka korbankan, dan kesulitan yang mereka pikul di kehidupan dunia mereka
hanya merupakan sesuatu yang sangat tidak berarti jika dibandingkan dengan
pahala juga kenikmatan Surga yang tidak pernah dipandang mata, tidak pernah
didengar telinga dan tidak pernah terlintas di dalam hati manusia.
Sesungguhnya
jika manusia menghayati Sunnatullah di alam ini, juga keagungan hikmah-Nya,
perhatian-Nya yang besar terhadap manusia dan kemuliaan yang diberikan
kepadanya, niscaya hal itu akan mendorong mereka untuk beriman kepada hari
Akhir. Maka saat itu rasa egois tidak akan betah di wajahnya yang penuh
kebencian, tidak akan rakus dalam mencari kehidupan dunia, bahkan ia akan
selalu saling membantu dalam ketakwaan dan kebaikan.
[Disalin
dari kitab Asyraathus Saa’ah, Penulis Yusuf bin Abdillah bin Yusuf al-Wabil,
Daar Ibnil Jauzi, Cetakan Kelima 1415H-1995M, Edisi Indonesia Hari Kiamat Sudah
Dekat, Penerjemah Beni Sarbeni, Penerbit Pustaka Ibnu Katsir]
_______
Footnote
[1].
Lihat kitab al-Yaumul Aakhir fi Zhilaalil Qur-aan (hal. 3-4) yang disusun oleh
Ahmad Fa-iz, Mathba’ah Khalid Hasan ath-Tharabisyi, cet. I th. 1395 H.
[2].
‘Umair bin Humam bin al-Jamuh bin Zaid al-Anshari Radhiyallahu anhu. Beliau
gugur pada perang Badar, dan dialah yang melemparkan beberapa biji kurma ketika
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
قُومُوا
إِلَـى جَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَوَاتُ وَاْلأَرْضُ.وَقَالَ: بَخٍ بَخٍ. فَقَالَ رَسُولُ
اللهِ : مَا يَحْمِلُكَ عَلَى قَوْلِكَ بَخٍ بَخٍ؟ قَالَ: لاَ وَاللهِ يَا رَسُولَ
اللهِ إِلاَّ رَجَاءَةَ أَنْ أَكُونَ مِنْ أَهْلِهَا. قَالَ: فَإِنَّكَ مِنْ أَهْلِهَا.
فَقَالَ: لَئِنْ أَنَا حَيِيْتُ حَتَّى آكُلَ تَمَرَاتِي هَذِهِ، إِنَّهَا لَحَيَاةٌ
طَوِيْلَةٌ. ثُمَّ رَمَى بِهَا وَقَاتَلَ حَتَّى قُتِلَ.
“Bersegeralah
kalian menuju Surga yang luasnya seluas langit dan bumi.” Dia (Umair) berkata,
“Bakhin, bakhin (ungkapan yang digunakan untuk mengagungkan sesuatu,-penj.).”
Lalu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, “Apa yang mendorongmu
untuk mengatakan bakhin, bakhin?” Dia menjawab, “Demi Allah wahai Rasulullah,
tidak (ada yang mendorongku) kecuali harapan (semoga) aku menjadi penghuninya.”
Rasul berkata, “Sesungguhnya engkau termasuk penghuninya.” Dia berkata, “Jika
aku masih hidup sampai aku memakan kurma-kurma ini, maka sungguh ia adalah
kehidupan yang pan-jang.” Kemudian dia melemparkan kurma-kurmanya dan berperang
hingga akhirnya dia gugur.”
Lihat
Shahiih Muslim kitab al-Amaaraat bab Tsubuutul Jannah lisy Syahiid (XIII/
45-46, Syarah an-Nawawi) dan Tajriidu Asmaa-ish Shahaabah (I/422), karya Imam
adz-Dzahabi, cet. Darul Ma’rifah, Beirut. Dan Fiq-hus Siirah (hal. 243-244),
karya Syaikh Muhammad al-Ghazali, tahqiq Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani,
cet. Hassan, disebarluaskan oleh Darul Kutub al-Haditsah, cet. VII th. 1976 M.
[3].
Fiq-hus Siirah (hal. 244), karya al-Ghazali.
[4].
Al-Yaumul Aakhir fii Zhilaalil Qur-aan (hal. 20).
[5].
HR. Muslim, kitab az-Zuhd, bab fii Ahaadiits Mutafarriqah (XVIII/125, Syarh
an-Nawawi).
[6].
HR. Abu Nu’aim dengan lafazh:
لَوْ
مَاتَتْ شَاةٌ عَلَى شَطِّ الْفُرَاتِ ضَائِعَةً، لَظَنَنْتُ أَنَّ اللهَ سَائِلِيْ
عَنْهَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ.
“Seandainya
seekor kambing mati di tepi sungai Furat karena tersesat, aku yakin bahwa Allah
akan bertanya kepadaku tentangnya pada hari Kiamat.” Hilyatul Auliyaa’ wa
Thabaqaatul Ashfiyaa’ (I/53), cet. Darul Kutub al-‘Arabi.
[7].
Lihat kitab al-Yaumul Aakhir fi Zhilaalil Qur-aan (hal. 20).
[8].
Lihat Tafsiir Ibni Katsir (I/184), tahqiq ‘Abdul ‘Aziz Ghanim dan dua temannya,
cet. asy-Sya’bi – Kairo.
Oleh
Dr. Yusuf bin
Abdillah bin Yusuf al-Wabil
Read
more
https://almanhaj.or.id/3172-pentingnya-iman-kepada-hari-akhir-dan-pengaruhnya-terhadap-prilaku-manusia.html
Read
more
https://almanhaj.or.id/3172-pentingnya-iman-kepada-hari-akhir-dan-pengaruhnya-terhadap-prilaku-manusia.html
Paddy Power online casino - Kadangpintar
BalasHapusWelcome 유튜브 음원 추출 to Paddy 바카라 Power casino, where we're giving you the best online gaming experience. Play casino games like roulette, blackjack, baccarat and 온카지노