BERPIKIR KRITIS DAN BERSIKAP DEMOKRATIS
Berpikir adalah fungsi akal. Dengan berpikir manusia
memanfaatkan akalnya untuk memahami hakikat segala sesuatu. Hakikat segala
sesuatu adalah kebenaran, dan kebenaran yang sejati adalah allah swt. Dengan
berpikir, manusia mengenal allah Swt. dan mendekatkan diri kepada Nya. Maka.,
berpikir afdalah awal perjalanan ibadah yang tanpa Nya ibadah menjadi tak
bernilai. jika berkaitan dengan ibadah sudah ada ketentuan yang terperinci dari
allah swt. Adapun dalam kehidupan ini banyak sekali masalah yang kita hadapi
selain ibadah. Salah satu cara menyelesaikan masalah tersebut adalah dengan
bermusyawarah.
Musyawarah adalah suatu kelaziman fitrah manusia dan
termasuk tuntutan stabilitas suatu melainkan disyariatkan dalam agama Islam
untuk mewujudkan keadilan di antara manusia dan juga untuk memilih perkara yang
baik bagi mereka sebagai perwujudan
tujuan tujuan syariat dan hukum hukumnya.
Sebagai warga negara yang baik, dalam bermusyawarah kita
harus mengedepankan kepentingan bersama, jangan hanya mengedepankan kepentingan
pribadi.Berikan masukan dengan berpikir secara kritis dan mengedepankan
kepentingan pribadi.Berikan masukan dengan berpikir secara kritis dan
menghormati pendapat orang lain.
A. MAKNA BERPIKIR KRITIS
Sifat ini adlah sikap dan prilaku yang berdasarkan data dan
fakta yang valid (sah) serta argumen yang akurat. Warga negara yang demokrat
hendaknya suatu bersikap kritis, baik terhadap kenyataan empiris (realitas
sosial, budaya, dan politik) maupun terhadalp kenyataan supraempis (agama,
mitologi ,dan kepercayaan ).Sikap kritis juga harus ditunjukan pada diri
sendiri.Sikap kritis pada diri sendiri itu tentu disertai sikap kritis terhadap
pendapat yang berbeda.Tentu saja sikap kritis ininharus didukung oleh sikap
yang bertanggung jawab terhadap apa yang dikritisi.
Sikap kritis dalam suasana demokrasi juga perlu didukung
dengan kemampuan untuk menyelesaikan masalah secara damai. Masalah yang berasal
dari perbedaan pendapat dapat berujung konflik, untuk itu perlu ditekankan
penyelesaian masalah dilakukan dengan damai bukan kekerasan.
B. MAKNA BERSIKAP DEMOKRATIS
Pengertian demokrasi dapat dilihat dari tinjauan
(etimologis) dan istilah (terminologis). Secara etimologis, demokrasi terdiri
dari dua kata yang berasal dari bahasa Yunani yaitu dmos yang berarti rakyat
atau penduduk suatu tempat dan cratein atau cratos yang berarti kekuasaan atau kedaulatan.
Adapun seara terminologis, demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem
pemerintahan suatu negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan
warga negara)atas negara untuk dijalankan oleh pemerintahan negara tersebut.
Dengan demikian, makna demokrasi sebagai dasar hidup
bermasyarakat dan bernegara mengandung pengertian bahwa rakyatlah yang
memberikan ketentuan dalam masalah-masalah mengenai kehidupannya, termasuk
dalam hal kebijakan negara karena kebijakan tersebut akan menentukan kehidupan
rakyat. Maka, negarayang menganut sistem demokrasi adalah negara yang
diselenggarakan berdasarkan kehendak dan kemauan rakyat. Dari segi organisasi,
demokrasi berarti pengorganisasian negara yang dilakukan rakyat sendiri atau atas persetujuan rakyat
karena kedaulatan berada di tangan rakyat.
Dalam agama Islam, sejatinya tidak dikenal istilah
demokrasi. Orang-orang Islam hanya mengenal kebebasan (al-hurriyah) yang
merupakan pilar utama demokrasi yang diwarisi semenjak zaman Nabi Muhammad
saw., termasuk didalamnya kebebasan memilih pemimpin, mengelola negara seara
bersama-sama (syura), kebebasan mengkritik penguasa, dan kebebasan berpendapat.
Dukungan positif yang diberikan buka berarti mutlak bahwa
semua menurut demokrasi adalah benar. Islam juga menerminkan demokrasi, tetapi
Islam tidak mengenal paham demokrasi yang memberikan kekuasaan besar kepada
rakyat untuk menetapkan segala hal. Piagam Madinah yang dimunulkan oleh Nabi
Muhammad saw. dan umat Islam di MAdinah merupakan konsep pertama di dalam dunia
Islam mengenai demokrasi. Makna demokrasi adalah dari rakyat, oleh rakyat, dan
untuk rakyat, kemudian melindungi semua kepentingan rakyat. Jadi, Islam
sebenarnya identik dengan demokrasi, tetapi demokrasi dalam Islam memiliki
perbedaan-perbedaan dengan demokrasi yang dicetuskan.
C. AYAT-AYAT ALQURAN TENTANG BERPIKIR KRITIS DAN BERSIKAP
DEMOKRATIS
1. SURAH ALI-IMRAN AYAT 190-191
الَّذِينَ
يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا
وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ
وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ
هَٰذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا
عَذَابَ النَّارِ إِنَّ فِي
خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ
لِأُولِي الْأَلْبَابِ
Artinya :
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan
siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang
yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan
mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya
Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau,
Maka peliharalah Kami dari siksa neraka.” (QS. Ali Imran:190- 191)
Dalam ayat 190menjelaskan bahwa sesungguhnya dalam tatanan langit dan bumi serta
keindahan perkiraan dan keajaiban ciptaan-Nya juga dalam silih bergantinya
siang dan malam seara teratur sepanjang tahun yang dapat kita rasakan langsung
pengaruhnya pada tubuh kita dan ara berpikir kita karena pengaruh panas
matahari, dinginnya mala, dan pengaruhnya yang ada pada dunia flora dan fauna
merupakan tanda dan bukti yang menunjukkan keesaan Allah Swt. kesempurnaan
pengetahuan dan kekuasaan-Nya.
Langit dan bumi dijadikan oleh Al-Khaliq tersusun dengan
sangat tertib. Tidak hanya semata dijadikan, tetapi setiap saat tampakhidup.
Semua bergerakmenurut aturan.
Silih bergantinya malam dan siang, besar pengetahuannya atas
hidup kita dan segala yang bernyawa. Kadang-kadang-kadang malam terasa panjang
dan sebaliknya. Musim pun silih berganti. Musim dingi, panas, gugur, dan semi.
Demikian juga hujan dan panas. Semua ini menjadi tanda kebesaran dan keagungan
Allah Swt. bagi orang yang berpikir bahwa tidaklah semuanya terjadi dengan
sendirinya, pasti ada yang meniptakan yaitu Allah Swt.
Diriwayatkan dari Aisyah r.a. bahwa Rasulullah saw. berkata.
“Wahai Aisyah apakah engkau mengizinkan kanda pada malam ini untuk beribadah
kepada Allah Swt. sepenuhnya?” Aisyah r.a menjawab , “Wahai Rasulullah,
sesungguhnya saya menyenangi apa yang kanda senangi, menyukai apa yang anda
sukai. Dinda izinkan kanda melakukannya.” Kemudian nabi mengambil kibrat
(tempat air yang terbuat dari kulit domba) yang terletak di dalam rumah, lalu berwudu. Selanjutnya
beliau mengerjakan salat. Di waktu salat beliau menangis sampai-sampai air
matanya membasahi kainnya karena merenungkan ayat Alquran yang dibacanya.
Setlah selesai salat beliau duduk memuji-muji Allah Swt dan kembali menangis
tersedu-sedu. Kemudian beliau mengangkat kedua tangannya berdoa dan menangis
lagi dan air matanya membasahi tanah. Kemudian datanglah Bilal untuk azan subuh
dan melihat Nabi Muhammad saw. menangis, ia bertanya, “Wahai Rasulullah!
Mengapa Rasulullah menangis, padahal Allah Swt. telah mengampuni dosa
Rasulullah baik yang dahulu maupun yang akan datang?” Nabi menjawab, “Apakah
saya ini bukan seorang hamba yang pantas dan layak bersyukur kepada Allah Swt?”
DAn bagaimana saya tidak menangis? Pada malam ini Allah Swt telah menurunkan
ayat kepadaku.” Selanjutnya beliau berkata, “Alangkah rugi dan elakanya orang-orang
yang membaa ini dan tidak memikir dan merenungkan kandungan artinya.”
2. SURAH ALI ‘IMRAN AYAT 159
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ
لِنْتَ لَهُمْ ۖ وَلَوْ
كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ
لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ ۖ
فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ
وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ ۖ
فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى
اللَّهِ ۚ إِنَّ
اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ
Artinya : Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku
lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar,
tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah
mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam
urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah
kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal
kepada-Nya. (Q.S Ali ‘Imran, 3:159)
Surah Ali Imran ayat 159 membahas tentang tata cara
melakukan musyawarah. Ayat ini diturunkan sebagai teguran terhadap sikap para
sahabat Rasulullah saw. yang telah menyepakati keptusan musyawarah dalam
menerapkan strategi Perang Uhud, tetapi mereka melanggar kesepakatan tersebut.
Oleh karena sikap melanggar dari keputusan musyawarah dalam Perang Uhud, kaum
muslimin menjadi sulit mengalahkan musuh.
RAsulullah saw. sebagai pemimpin sering mengajak para
sahabat untuk menyelesaikan masalah, misalnya dalam mengatur strategi
memenangkan perang, menyelesaikan tahanan perang, dan menentukan tempat ibadah.
Dalam menyelesaikan suatu persoalan, jika tidak mendapat petunjuk wahyu dari
Allah Swt. , melakukannya dengan cara mengajak bermusyawarah. Rasulullah saw.
meminta pendapat kepada para sahabat untuk memutuskan perkara keduniaan. Adapun
untuk urusan akidah dan ibadah, Rasulullah saw. tidak meminta pendapat para
sahabat. Urusan akidah dan ibadah merupakan ketentuan yang terperinci dari
Allah Swt. dan harus kita taati sehingga tidak perlu dimusyawarahkan.
Kaum muslimin tidak memutuskan masalah dengan pendapat
mereka sendiri hingga mereka bermusyawarah serta bersepakat dalam satu masalah.
Hal yang demikian itu karena kuatnya perhatian dan kewaspadaan mereka, jujurnya
persaudaraan mereka dalam keimanan, dan saling mencintai diantara mereka karena
Allah Swt. Musyawarah adalah salah satu dari dasar-dasar Islam dalam
bermasyarakat dan berpolitik. Rasulullah saw. bersabda, “Jika pemimpin-pemimpin
kalian adalah orang yang terbaik diantara kalian, dan orang-orang kaya kalian
adalah orang yang berlapang dada dari kalian, dan perkara kalian adalah
diselesaikan dengan musyawarah diantara kalian, maka punggung bumi akan lebih
baik bagi kalian dari perutnya, dan jika pemimpin-pemimpin kalian adalah
orang-orang yang jahat diantara kalian, dan orang-orang kayanya adalah
orang-orang yang bakhil dari kalian, dan perkara kalian kembali kepada
perempuan-perempuan kalian maka perut bumi lebih baik dari permukaannya.” (H.R
Tarmuzi no. 2.266)
Ketentuan bermusyawarah sebagaimana dibahas dalam surah Ali
‘Imran ayat 159 sebagai berikut.
A. LAPANG DADA
Ketika bermusyawarah kita dilarang bersikap kasar, tetapi
harus lapang dada. Dengan kelapangan dada, kita menjadi bijak dalam memutuskan
sesuatu. Sikap lapang dada dapat dibuktikan dengan mau menerima terhadap
perbedaan pendapat dan harus ikhlas jika pendapatnya ternyata ditolak.
B. SALING MEMAAFKAN
Perbedaan pendapat kadang menimbulkan perselisihan. Akan
tetapi, perselisihan tidak harus menyebabkan kita saling bersitegang yang dapat
menganam silaturahmi. PErbedaan atau perselisihan pendapat harus berujung pada
sikap saling memahami. Dalam ayat ini secara tegas diingatkan untuk “fa’fu
‘anhum” yangberarti maafkanlah mereka.
C. BERSIKAP TERBUKA
Ketika bermusyawarah kita harus bersikap terbuka untuk
menerima pendapat yang terbaik. Jika pendapat yang kita sampaikan ternyata
keliru, merugikan, kurang efektif, atau bahkan berbahaya, kita dianjurkan untuk
terbuka menyadarinya, misalnya dalam perintah yang terkandung dalam afal
“wastagfirlahum”.
D. MELENGKAPINYA DENGAN BERTAWAKAL
Musyawarah seharusnya merupakan keputusan terbaik karena
dihasilkan dari pemikiran dan pertimbangan bersama. Keputusan musyawarah juga
harus tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai Alquran dan hadis.
Selanjutnya, jika keputusan tersebut telah ditetapkan, kita dianjurkan
bertawakal kepada Allah swt. yaitu dengan berkomitmen bersama untuk
menindaklanjuti keputusan musyawarah secara konsisten.
Musyawarah harus tetap mengacu pada petunjuk Allah Swt dalam
Alquran da hadis nabi. Sebagus apa pun keputusan musyawarah menurut ukuran
akal, tetap tidak boleh dilaksanakan jika bertentangan dengan aturan Alquran
dan hadis. Hal ini berbeda dengan sistem demokrasi yang tidak berlandaskan pada
aturan Alquran dan hadis. Dalam sistem demokrasi, setiap keputusan yang telah
disepakati bersama harus dipatuhi meskipun bertentangan dengan Alquran dan
hadis.
Join this site:
https://www.artikelbelajar.com/berpikir-kritis-dan-bersikap-demokratis/
Terima kasih pak
BalasHapus